Vegetarian adalah gaya hidup yang tidak mengkonsumsi daging, produk
unggas, atau ikan dan produk turunannya. Mereka juga menghindari bahan makanan
yang mengandung susu dan telur.
Banyak yang meyakini, dengan menjadi vegetarian orang lebih
aman dari penyakit-penyakit mematikan, seperti jantung koroner dan stroke.
Soalnya makanan-makanan itu cenderung mengandung bahan-bahan membayakan,
misalnya kolesterol.
Kendati begitu, menjadi vegetarian bukan berarti aman
seratus persen alias tanpa risiko. "Tetap saja ada risikonya. Sebab,
kelompok ini potensial kekurangan pangan hewani" kata Prof Dr Ir Ali
Khomsan, Guru Besar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB.
"Akibatnya, tak jarang di antara vegetarian yang mengalami anemia atau
penyakit kurang darah" ujarnya.
Hal itu dapat terjadi karena mereka kekurangan zat besi dan vitamin B 12 dari bahan pangan hewani. Di samping itu, para vegetarian
juga kekurangan protein yang berfungsi membangun tubuh. Itu sebab, sebaiknya
anak-anak tidak menjadi vegetarian. "Soalnya, kekurangan protein, terutama
protein hewani, dapat menghambat pertumbuhan mereka" tegasnya.
Secara umum, vegetarian dibagi menjadi tiga golongan. Yakni
pure vegetarian (vegan), lacto vegetarian, dan lacto-ovo vegetarian. Pure
vegetarian adalah orang yang benar-benar hanya makan bahan dari tumbuhan dan
sama sekali tidak mengonsumsi bahan makanan dari hewani. Sementara lacto
vegetarian masih mengonsumsi susu. "Sedang lacto-ovo vegetarian adalah
vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan telur" jelasnya.
Memang, menu utama vegetarian adalah sayur dan buah-buahan. Namun, tentu saja itu tidak cukup. Para vegetarian perlu
suplemen (makanan tambahan) tertentu, untuk mengganti kekurangan bahan yang
dibutuhkan tubuh akibat tidak mengonsumsi pangan hewani. Terutama untuk bahan
zat besi dan vitamin B kompleks. Suplemen didapatkan dari luar bahan makanan pokok.
Namun, sejauh vegetarian tidak merasa mengalami gangguan dengan kesehatannya,
tidak mengkonsumsi suplemen juga tidak apa-apa.
0 komentar:
Post a Comment